Rabu, 29 Februari 2012

ADMINISTRASI PENDIDIKAN

A.      Pendahuluan

A.1.     Latar Belakang

Penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen mata kuliah Administrasi Pendidikan yaitu Bapak ... sebagai syarat kelulusan mata kuliah Administrasi Pendidikan.
Administrasi Pendidikan merupakan mata kuliah yang penting bagi seluruh komponen dan pengurus kelembagaan pendidikan di Indonesia, lebih khususnya lagi bagi para pengajar sekolah yang merupakan ujung tombak kelancaran jalannya program sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan.

Masih banyak sekolah-sekolah dimana administrasi pendidikannya masih kurang diperhatikan, sebagai contoh masih ada sekolah dasar yang memiliki bangunan hampir roboh bahkan banyak yang telah hancur dimakan usia (lapuk).

A.2.     Maksud Dan Tujuan

Makalah ini adalah sebagai sarana untuk memperluas pemahaman tentang Administrasi Pendidikan. Dengan memperdalam pemahaman Administrasi Pendidikan diharapkan semua kalangan yang berkaitan dengan kelembagaan pendidikan mampu melaksanakan dan menjaga kelancaran kegiatan pendidikan di sekolah.
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah agar Administrasi Pendidikan di setiap sekolah harus diterapkan dan dilaksanakan yaitu bagi para personel pendidikan, kurikulum pendidikan, Sarana dan Prasarana Pendidikan, siswa, dan kerja sama sekolah dengan masyarakat.
Dengan mengacu pada administrasi pendidikan yang baik maka kegiatan program pendidikan bisa berjalan dengan lancar baik di lingkungan sendiri yaitu lingkungan personel, kurikulum, sarana dan prasarana, dan  Siswa itu sendiri, maupun lingkungan luar dan sekitarnya yaitu masyarakat yang berdekatan dengan lingkungan sekolah.

B.      Administrasi Pendidikan

Komponen-komponen Administrasi Pendidikan secara garis besar dapat digolongkan menjadi :
  1. Administrasi Personel Sekolah
  2. Administrasi Kurikulum
  3. Administrasi Prasarana dan Sarana Pendidikan
  4. Administrasi Siswa
  5. kerja Sama Sekolah dan Masyarakat
Pembahasan komponen-komponen tersebut dibatasi hanya sampai point 3 yaitu Administrasi Personel Sekolah, Administrasi Kurikulum, dan Administrasi Prasarana dan Sarana Pendidikan

B.1.     Administrasi Personel Sekolah

Manusia merupakan unsur penting di dalam kelancaran kegiatan sekolah. Semua Kelancaran jalannya pelaksanaan program sekolah sangat ditentukan oleh manusia-manusia yang menjalankannya. Fasilitas berupa gedung, perlengkapan, alat kerja dan dukungan masyarakat dapat digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan apabila dijalankan oleh orang-orang yang berpartisipasi penuh.

B.1.1.        Pengertian Administrasi Personel Sekolah

Kepegawaian berarti personalia atau kekaryawanan sedangkan pegawai berarti personel atau karyawan. Pegawai pada suatu sekolah adalah semua manusia pada suatu sekolah yang bergabung dan bekerja sama dalam melaksanakan tugas-tugas untuk mencapai tujuan pendidikan yang terdiri dari Kepala sekolah, dan wakilnya, guru, Kepala Tata Usaha dan bawahannya termasuk pesuruh. Kegiatan penataan bidang kepegawaian sangat diperlukan untuk kelancaran kerja sama sehingga tidak overlap.
Administrasi personel sekolah adalah segenap proses penataan personel di sekolah. Menurut UU No. 8 tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian.
Pasal 2 :
  1. Pegawai negeri terdiri dari :
    1. Pegawai Negeri Sipil
    2. Anggota Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
  2. Pegawai Negeri Sipil terdiri dari :
    1. Pegawai negeri sipil pusat
    2. Pegawai negeri sipil daerah
    3. Pegawai negeri sipil lain yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah.
Pasal 3 :
Pegawai negeri adalah unsur aparatur negara, abdi negara dan abdi masyarakat yang dengan penuh kesetiaan dan ketaatan kepada Pancasila, UUD 1945, Negara dan Pemerintah menyelenggarakan tugas pemerintah dan pembangunan. Proses penerimaan, pengangkatan dan penempatan pegawai harus didasarkan pada prinsip penerimaan, pengangkatan dan pengangkatan orang yang tepat.
Maka penerimaan pegawai harus didasarkan atas kemampuan dan potensi si calon dalam rangka mengisi jabatan. Menurut UU No. 8 / 1974 pasal 15 di atur. Jumlah dan susunan pangkat pegawai negeri sipil yang diperlukan ditetapkan dalam formasi untuk jangka tertentu berdasarkan jenis, sifat dan beban kerja yang harus dilaksanakan.
Pasal 16.
  1. pengadaan pegawai negeri sipil adalah untuk mengisi formasi.
  2. setiap warga negara yang memenuhi syarat-syarat yang ditentukan, mempunyai kesempatan yang sama untuk melamar menjadi pegawai negeri sipil.
  3. apabila pelamar yang dimaksud dalam ayat (2) pasal ini diterima, maka ia harus melalui masa percobaan dan selama masa percobaan itu berstatus sebagai calon pegawai negeri sipil.
  4. calon pegawai negeri sipil diangkat menjadi pegawai negeri sipil setelah melalui masa percobaan sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun dan selama-lamanya 2 (dua) tahun.
Penjelasan pasal 16.
Ayat (1)
Pengadaan pegawai negeri sipil adalah untuk mengisi formasi yang lowong. Lowongnya formasi dalam suatu organisasi pada umumnya disebabkan oleh dua hal yaitu adanya pegawai negeri sipil yang keluar karena berhenti atau adanya perluasan organisasi. Karena pengadaan pegawai negeri sipil adalah untuk mengisi formasi yang lowong maka penerimaan pegawai negeri sipil harus berdasarkan kebutuhan.
Penugasan :
Pedoman penugasan didasarkan atas perimbangan kejuruan, kecakapan dan kemampuan pegawai yang bersangkutan. Jam kerja berdasarkan Kepres RI No. 58 / 1964 Pegawai Negeri Sipil diwajibkan bekerja selama 37 ½ jam / minggu, sedangkan guru SMP, dan SMU 24 jam / minggu.
Pembinaan pegawai :
Pasal 12 UU No 18 / 1974.
  1. Pembinaan Pegawai Negeri Sipil diarahkan untuk menjamin penyelenggaraan tugas pemerintah dan pembangunan secara berdaya guna dan berhasil guna.
  2. pembinaan yang dimaksud dalam ayat (1) pasal ini dilaksanakan berdasarkan sistem karier dan sistem prestasi kerja.
Pasal 13
Kebijaksanaan pembinaan Pegawai Negeri Sipil secara menyeluruh berada di tangan presiden.
Pasal 14
Untuk lebih meningkatkan pembinaan, kebutuhan dan kekompakan serta dalam rangka usaha menjamin kesetiaan dan ketaatan penuh seluruh pegawai negeri sipil terhadap Pancasila, UUD 1945, negara dan pemerintah perlu dipupuk dan dikembangkan jiwa Kepres yang bulat di kalangan pegawai negeri sipil. Di samping itu ada juga sekolah swasta pemerintah daerah. Jadi kesimpulannya untuk sekolah swasta itu banyak ragamnya. Pada perguruan tinggi swasta biasanya memiliki status :
  1. Belum terdaftar.
  2. Terdaftar.
  3. Diakui.
  4. Disamakan.
Perlu diingat di sini bahwa pegawai yang ditempatkan di sekolah negeri belum tentu pegawai negeri. Untuk itu maka kita perlu memahami istilah-istilah yang digunakan di lingkungan kepegawaian sebagai berikut :
Menurut UU No. 8 tahun 1974 tentang pokok-pokok kepegawaian, Pengertian, Pasal 1 sebagai berikut :
  1. Pegawai negeri adalah mereka yang setelah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri atau disertai tugas lainnya yang ditetapkan berdasarkan sesuatu peraturan perundang-undangan dan digaji menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
  2. Pejabat yang berwenang adalah pejabat yang mempunyai kewenangan mengangkat dan atau memberhentikan pegawai negeri berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
  3. Jabatan negeri adalah jabatan dalam bidang eksekutif yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan termasuk di dalamnya jabatan dalam kesekretariatan lembaga tertinggi / tinggi negara dan kepaniteraan pengadilan.
  4. Atasan yang berwenang adalah pejabat yang karena kedudukan atau jabatannya membawahi seorang atau lebih pegawai negeri.
  5. Pejabat yang berwajib adalah pejabat yang karena jabatan atau tugasnya berwenang melakukan tindakan hukum berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Syarat-syarat pegawai negeri :
  1. Segi kepribadian.
  2. Kesetiaan.
  3. Kesehatan badan.
  4. Kecerdasan.
  5. Kemampuan.
  6. Ketangkasan
  7. Dan syarat-syarat lain yang khusus diperlukan bagi sesuatu jabatan negeri yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
Yang bersangkut paut dengan masalah memperoleh dan menggunakan tenaga kerja untuk dan di sekolah dengan efisien, untuk mencapai tujuan sekolah yang telah ditentukan sebelumnya. Segenap proses penataran tersebut meliputi bagaimana memperoleh tenaga kerja yang tepat untuk tugas pekerjaannya dan pemutusan hubungan kerja dengan mereka.
  1. masalah pokok
dari bahasan di atas, dapatlah diperinci pokok masalah penataran terhadap pegawai sekolah sebagai berikut :
a.       bagaimana memperoleh tenaga kerja yang tepat untuk tugas pekerjaannya, termasuk mengatur pengangkatannya. (bila perlu).
b.      Bagaimana menggunakan tenaga kerja yang sudah diperolehnya itu dengan efisien, termasuk merangsang kegairahan kerjanya.
c.       Bagaimana memelihara pegawai, pemberian gaji, insentif, kesejahteraan.
d.      Bagaimana mengatur kenaikan gaji dan pangkatnya, dan perpindahan mereka jika perlu terjadi.
e.       Bagaimana mengembangkan mutu pegawai.
f.       Bagaimana menilai pegawai.
g.      Bagaimana menata pemutusan hubungan kerja dengan pegawai.


Sekolah menurut status pemilikannya dibagi menjadi dua bagian yaitu :
  1. sekolah negeri
  2. sekolah swasta (dengan berbagai variasi)
Untuk sekolah negeri, pegawai tetapnya adalah pegawai negeri sedangkan untuk sekolah swasta pegawai tetapnya dapat pegawai negeri yang diperbantukan dan juga pegawai yayasan yang memiliki sekolah tersebut. Untuk sekolah swasta mendapat bantuan guru-guru pegawai negeri disebut sekolah subsidi, sedangkan sekolah swasta yang tidak mendapatkan bantuan apa-apa dari pemerintah disebut sekolah swasta yayasan dan sekolah swasta yang mendapat bantuan keuangan dari pemerintah disebut sekolah swasta berbantuan.
Proses Berita
 



Dari sudut administrasi pendidikan (sekolah), dapat dilihat bahwa komunikasi pada hakikatnya adalah problem hubungan kerja kemanusiaan (human relationship) keberhasilan dalam hubungan-hubungan kerja kemanusiaan ini akan ditentukan oleh efisiensi dan efektivitas mereka yang berkepentingan dalam :
a.       menyampaikan berita kepada orang lain.
b.      Memahami dengan tepat isi / maksudnya dengan harapan mau menerima.

B.2.     Administrasi Kurikulum

Pada jenis dan tingkat sekolah apa pun, yang menjadi tugas utama kepala sekolah ialah menjamin adanya program pengajaran yang baik bagi murid-murid. Inilah tanggung jawab kepala sekolah yang paling penting dan banyak tantangannya. Sedangkan stafnya mendapat bagian tanggung jawab dalam membantu usaha pelaksanaan dan pengembangan program pengajaran yang efektif. Agar kepala sekolah mampu memberikan pimpinan yang efektif dalam bidang ini hendaknya ia mengetahui berbagai teori mengenai kurikulum dan menyadari kaitannya dengan kebijaksanaan dan langkah-langkah administratif yang sedang berlaku.

B.2.1.        Masalah-Masalah Dalam Kurikulum

Ada macam-macam teori dan praktek mengenai kurikulum dan pengembangannya. Kebanyakan para pendidik sepakat mengenai tujuan yang harus dicapai. Perbedaan-perbedaan tersebut adalah sebagai berikut :
    1. apakah kurikulum itu?
    2. apakah yang harus dikerjakan?
    3. apakah yang harus diutamakan dalam kurikulum?
    4. Sampai di mana kurikulum dapat berbeda-beda untuk masing-masing sekolah ?
    5. bilamana dan oleh siapa kurikulum harus direncanakan?
    6. bagaimana kurikulum harus memperhatikan perbedaan-perbedaan individual?
    7. manakah yang lebih penting proses atau isi?
Marilah kita tinjau secara singkat jawaban-jawaban terhadap setiap masalah di atas.
B.2.1.1          Apakah Kurikulum Itu ?
Menurut riwayat perkembangan kurikulum, jawaban-jawaban terhadap pertanyaan di atas secara ringkas dapat dilukiskan sebagai berikut :
    1. Tempo dulu kurikulum di anggap sebagai kumpulan bermacam-macam mata pelajaran. Ada beberapa kegiatan dan pengalaman murid-murid di sekolah tidak cocok dengan alasan kurikulum ini. Karena itu yang disebut kegiatan-kegiatan ekstrakulikuler atau “extra curiculer activities” berada luar kurikulum, jadi tidak termasuk di dalamnya. Pengalaman-pengalaman di sekolah seperti bermain di halaman sekolah, jalan, istirahat dan lain-lain sebangsanya tidak termasuk kurikulum, dianggap bukan pengalaman belajar.
    2. Para pemuka pendidikan dewasa ini menonjolkan kenyataan bahwa belajar pada tiap anak merupakan proses yang berlangsung selama 24 jam tiap hari. Mereka berpendapat pengalaman-pengalaman dalam perkumpulan kesenian dan oleh raga di sekolah, pengalaman-pengalaman dalam darmawisata dan lain-lain kesemuanya merupakan situasi-situasi belajar yang kaya akan pendidikan. Karena itu kurikulum meliputi segala pengalaman yang sengaja diberikan sekolah untuk memupuk perkembangan anak-anak dengan jalan menciptakan situasi belajar-mengajar. Menurut pendapat ini kurikulum adalah program belajar untuk mencapai kehidupan yang lebih baik, jadi bukan hanya belajar tentang fakta dan kepandaian semata-mata. Karena itu sekolah berkewajiban untuk mengarahkan dan membimbing segala aspek perkembangan anak yang berbeda dalam lingkungannya. Pengalaman-pengalaman inilah yang dimaksud kurikulum. Di satu pihak, kurikulum dianggap sebagai kumpulan mata-mata pelajaran, tidak lebih dari itu. Di pihak lain, kurikulum dianggap sebagai segala pengalaman yang diperoleh anak dalam tanggung jawab sekolah. Pada definisi kurikulum yang terakhir terdapat bermacam-macam tafsiran. Perkataan “dalam tanggung jawab sekolah”  dapat ditafsirkan terbatas pada jam-jam selama murid berada disekolah, atau dapat ditafsirkan lebih luas lagi atau lebih ekstrim berupa “sekolah masyarakat”  sehingga orang tidak tahu lagi di mana harus menarik garis batas. Umumnya kepala sekolah dan guru-guru berada di antara dua pendapat ekstrim di atas. Memang anggapan bahwa kurikulum sebagai kumpulan mata pelajaran yang sampai sekarang masih “menguasai sekolah”. Namun di samping itu guru-guru menyadari tanggung jawab edukatif mereka dalam apa yang disebut pengalaman-pengalaman ekstrakulikuler para siswa di sekolah. Barang kali seyogyanya pula kita menganggap kurikulum sebagai pengalaman-pengalaman perkembangan murid-murid yang direncanakan sekolah, jadi bukan hanya sekumpulan mata pelajaran belaka. Kurikulum mencakup segala pengalaman yang direncanakan untuk anak-anak yang berlangsung berada dalam tanggung jawab sekolah. Pengalaman-pengalaman anak di luar sekolah bukan bagian dari kurikulum sekolah, walalupun pengalaman-pengalaman tersebut ada pengaruhnya terhadap perkembangan anak.
B.2.1.2          Apakah Yang Harus Dikerjakan?
Terdapat perbedaan pendapat yang berpusat sekitar isi kurikulum. Banyak pemuka pendidikan mengemukakan pendapat bahwa :
a.       Kurikulum harus terdiri dari berbagai mata pelajaran yang urutannya harus disusun secara logis dan terperinci.
b.      Kurikulum harus mencakup seperangkat masalah-masalah luas tertentu yang bertalian dengan kebudayaan atau yang berkaitan dengan masalah–masalah kehidupan umum yang selalu muncul.
c.       Program pengajaran harus disusun sekitar masalah-masalah kehidupan anak sehari-hari yang berbeda-beda tiap kelompok umur.
d.      Merupakan modifikasi atau variasi dari pendapat-pendapat di atas.
Aspek masalah lainnya adalah mengenai urutan pengalaman belajar yang harus diberikan. Masih bayak para pendidik yang berpendapat bahwa urutan pelajaran harus ditentukan menurut jalan pikiran yang terkandung dalam mata pelajaran yaitu :
a.       Mulai dari satuan-satuan pelajaran yang paling mudah dan berangsur-angsur menuju kepada isi yang sukar dan rumit.
b.      Bahwa urutan ditentukan oleh cara-cara yang paling baik dalam mengajarkan tiap mata pelajaran yang dapat ditemukan dengan jalan melakukan studi ilmiah.
c.       Urutan atau susunan mata pelajaran bukan harus ditentukan dalam mata pelajaran melainkan para pelajar atau murid itu sendiri dan urutan atau susunannya harus ditentukan menurut kebutuhan anak-anak dan para remaja yang menjadi matang dalam kebudayaan.
Aspek masalah lainnya ialah mengenai persoalan sampai dimana kurikulum harus mencakup pengalaman-pengalaman langsung dan mengutamakan :
a.       Hampir seluruhnya kepada buku dan keterangan-keterangan yang diberikan saja.
b.      Kurikulum harus disusun sekitar bahan-bahan dari buku dan dilengkapi dengan pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari darmawisata dan kegiatan-kegiatan sekolah lainnya.
c.       Kurikulum pertama-tama harus mencakup masalah-masalah yang berasal dari pengalaman anak-anak dengan jalan menggunakan sebagian besar buku-buku untuk membantu memecahkan masalah-malasah tersebut.
B.2.1.3          Apakah Yang Harus Diutamakan Dalam Kurikulum?
Dalam garis besarnya ada tiga anggapan yang berbeda-beda, yaitu :
a.       Anggapan pertama yang berpendirian karena sekolah didirikan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya, maka program pengajarannya harus mementingkan keadaan, latar belakang dan kebutuhan-kebutuhan masyarakat.
b.      Anggapan kedua mempertahankan pendirian karena usaha pendidikan adalah mendidik individu, maka kurikulum harus disusun berdasarkan keadaan, sifat dan kebutuhan-kebutuhan individu. Seperti kita lihat di atas, sedangkan pertama berorientasi kepada kepentingan masyarakat atau sosial. Sedangkan pendirian yang kedua mementingkan individu atau berorientasi psikologis. Barangkali tidak ada orang yang mau mempertahankan salah satu pendapat dalam bentuk ekstrim. Dalam kenyataan setiap program pengajaran yang berpedoman kepada kepentingan masyarakat, sampai batas-batas tertentu memperlihatkan kebutuhan-kebutuhan dan kepentingan-kepentingan individu pula, dan sebaliknya setiap kurikulum yang berorientasi psikologis dengan sendirinya memperhatikan kepentingan masyarakat pula. Masalah berkisar pada tekanan relatif yang harus diberikan kepada kepentingan-kepentingan dan kebutuhan-kebutuhan individu dan yang harus diberikan kepada kepentingan-kepentingan masyarakat dalam menciptakan kurikulum yang dapat memenuhi kedua macam dan kepentingan.
c.       Pendirian ketiga menganggap tidak ada pertentangan prinsipil antara kedua anggapan di atas. Kita tidak perlu berpihak kepada salah satu pendirian, sebab itu benar-benar tidak realistis. Individu hanya dapat mewujudkan dirinya sebagai individu jika ia berada dalam masyarakat tempat ia hidup. Karena itu kurikulum harus berorientasi kepada individu di dalam masyarakat. Dalam kurikulum yang berorientasi seperti kebutuhan dan kepentingan kedua belah pihak akan terpenuhi sebagaimana mestinya. Pendapat terakhir ini memang yang paling cocok atau sejalan dengan filsafat pendidikan psikologi perkembangan dan psikologi belajar.
d.      Aspek lain dalam masalah di atas adalah persoalan : Apakah kurikulum harus ditentukan oleh kebutuhan-kebutuhan dan kepentingan-kepentingan orang dewasa (persiapan untuk menghadapi masa dewasa) atau harus ditentukan oleh kebutuhan-kebutuhan dan kepentingan-kepentingan murid-murid sekarang ini? Pihak yang mempertahankan kurikulum harus tersusun semata-mata dari mata pelajaran uang didasarkan kepada kebutuhan dan kepentingan masyarakat, biasanya berpendirian bahwa tugas fungsi pendidikan ialah untuk kehidupan orang dewasa. Karena itu kurikulum harus banyak mengandung pelajaran-pelajaran yang berguna untuk kehidupan anak di masa yang akan datang. Pendapat yang menentang pendirian di atas mengemukakan teori bahwa anak harus dianggap sebagai anak dengan hak-haknya, bukan dianggap sebagai orang dewasa dalam bentuk mini, karena itu kurikulum harus memperhatikan masalah-masalah yang menyangkut anak-anak saja. Pendapat ketiga mengemukakan pendiriannya bahwa pada dasarnya tidak perlu ada pertentangan antara kedua pendirian di atas, karena di dalam kurikulum cukup diperhatikan kebutuhan-kebutuhan dan kepentingan-kepentingan kedua belah pihak, baik anak maupun orang dewasa, untuk memberikan masalah-masalah dan pengalaman-pengalaman belajar yang sekaligus menyangkut kepentingan langsung dalam kehidupan anak dan mempersiapkan mereka untuk hidup sebagai orang dewasa kelak. Dikemukakan pula bahwa teori lama : “mempersiapkan anak untuk kehidupan orang dewasa” berimplikasi masyarakat yang statis di mana kebutuhan-kebutuhan dan kepentingan-kepentingan orang dewasa kelak dapat diramalkan pada anak-anak yang ada sekarang. Pendapat terakhir dalam memberikan pemecahan masalah-masalah anak yang dihadapi sekarang dan yang menyangkut kepentingan anak di masa depan, ialah meningkatkan penggunaan kecerdasan secara fleksibel, mempersiapkan anak untuk menyesuaikan diri kepada perubahan-perubahan pesat dari keanekaragaman dunia dewasa ini pandangan terakhir ini sedikit memberikan landasan yang sehat untuk menyusun kerangka yang fleksibel namun mantap untuk perencanaan kurikulum.
B.2.1.4          Sampai Di Mana Kurikulum Dapat Berbeda-Beda Untuk Masing-Masing Sekolah ?
Persoalan ini sangat erat pertaliannya dengan masalah sebelumnya, yaitu masalah keragaman dan keanekaragaman. Misalnya apakah dikehendaki jika semua sekolah yang setingkat dan jenis mempunyai program pengajaran yang ruang lingkup isi, dan urutannya yang seragam?
Jawabannya dapat bermacam-macam. Banyak yang berpendirian terutama penganut kurikulum yang terdiri dari mata pelajaran, bahwa ruang lingkup, isi dan urutan mata pelajaran dalam kurikulum harus ditentukan oleh kebutuhan-kebutuhan kurikuler orang dewasa. Ada pula yang berpendapat bahwa setiap masyarakat mempunyai ciri tersendiri yang unik dalam berbagai aspek kebudayaan, dan anak-anak memperlihatkan keanekaragaman perbedaan individual, agar program pengajaran tiap sekolah memperlihatkan ciri-cirinya tersendiri yang unik dan jelas itu.
Kedua jawaban di atas tentu saja hanya berbeda dalam memberikan penonjolan, dan bukan dalam bentuk jawaban yang benar-benar ekstrim. Pendapat pertama menganggap bahwa adanya beberapa perubahan program pengajaran karena adanya perubahan-perubahan dalam masyarakat dan dalam populasi murid. Sedangkan pendapat kedua tidak terlalu tegas mempertahankan keunikan secara mutlak. Karena itu, pendirian yang cukup mantap tetapi luwes ialah adanya pola kurikulum yang longgar atau leluasa sejalan dengan kebutuhan-kebutuhan psikologis yang universal, di mana masing-masing sekolah dalam program pengajarannya disesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhan unik dari murid-murid dan masyarakat tempat mereka hidup.
B.2.1.5          Bilamana Dan Oleh Siapa Kurikulum Harus Direncanakan?
Masalah kelima berkisar sekitar masalah tanggung jawab untuk menentukan harus bagaimana bentuk kurikulum itu, siapa yang merencanakannya, dan bilamana. Ada yang mengemukakan pendapat bahwa perencanaan kurikulum adalah pekerjaan yang memerlukan keahliann dan karena itu harus dikerjakan oleh para ahli atau “expert” dalam bidang perencanaan kurikulum. Menurut pendapat ini kurikulum harus terperinci mengenai situasi belajar dan semua murid do semua sekolah tingkat tertentu mempunyai kurikulum yang kira-kira seragam.
Mengenai perencanaan di muka atau “pre-planning” terdapat perbedaan pendapat dalam hal sejauh mana perencanaan di muka dapat dilakukan. Bahwa tidak ada aspek-aspek kurikulum yang harus direncanakan jauh sebelum situasi belajar berlangsung. Untuk penjelasan yang singkat, pendapat-pendapat berbeda itu dapat dilukiskan dengan skala seperti tercantum di bawah ini.
Skala “Pre-Planning
1
2
3
4
5
Kurikulum seluruhnya direncanakan di muka secara terperinci oleh “Expert” dalam bentuk kumpulan mata pelajaran.
Kurikulum direncanakan secara terperinci di muka oleh panitia yang terdiri dari guru-guru dalam bentuk kumpulan mata pelajaran.
Kurikulum di rencanakan dalam garis besarnya yang luas oleh panitia yang terdiri dari guru-guru dalam bentuk pedoman kerja. Perincian dilakukan oleh guru berdasarkan kebutuhan-kebutuhan murid.
Kurikulum direncanakan dalam garis besarnya, berisi partisipasi dari guru-guru dan tokoh-tokoh masyarakat. Perincian dilakukan oleh perencana bersama guru murid.
Kurikulum direncanakan oleh guru bersama murid pada waktu akan belajar, tanpa perencanaan jauh di muka.

Dewasa ini terdapat kecenderungan yang bergerak dari kurikulum yang direncanakan jauh di muka dan secara terperinci, ke arah sebelah kanan skala, sekalipun pada umumnya kurikulum yang sedang berlaku sekarang masih termasuk kategori 1 dan 2. Yang menjadi masalah pokok ialah menentukan kedudukan sebaik-baiknya dan paling menguntungkan anak anatara pendirian 1 dan 5. Kemungkinan bentuk situasi kedudukan yang paling dikehendaki ialah nomor 1, 2, dan 5. rencana kurikulum yang hampir mendekati kedudukan nomor 4 memberikan stabilitas atau kemantapan dan adaptabilitas yang leluasa.
B.2.1.6          Bagaimana Kurikulum Harus Memperhatikan Perbedaan-Perbedaan Individual?
Persoalan ini berkisar sekitar masalah penyesuaian program pengajaran terhadap perbedaan-perbedaan di antara anak-anak. Jawaban terhadap persoalan ini bermacam-macam. Kurikulum yang berorientasi kumpulan mata pelajaran berasal dari zaman sebelum ada pengetahuan tentang perbedaan-perbedaan individu dan kemampuan pada murid. Pada waktu itu orang menganggap semua murid (kecuali anak-anak yang lemah jiwa) dapat menguasai mata pelajaran yang diberikan di sekolah dengan kepandaian yang sama asal mereka rajin belajar. Taraf hasil belajar yang dicapai dalam mata-mata pelajaran hanya ditentukan oleh besarnya usaha atau kerajinan yang ditunjukkan pelajar. Slogan yang berbunyi “Barang siapa yang mempunyai kemauan di sanalah ada jalan” (Where there is a will there is a way) turut mendasari teori di atas.
Dewasa ini pada umumnya diakui bahwa makhluk manusia sangat beraneka ragam dalam kemampuannya untuk maju, keadaan itu telah menggerakan para pendidik kepada perbedaan-perbedaan individual ini. Di sini timbul perbedaan –perbedaan pendapat mengenai persoalan bagaimana hal ini harus dilaksanakan.
Pertama, ialah konsep kurikulum yang telah ditetapkan jauh di muka harus dikuasai oleh semua murid menurut kecepatan yang telah diatur sebelumnya. Yang menjadi masalah ialah menyesuaikan individu-individu yang mempunyai kecepatan belajar yang berbeda-beda kepada “realistis” ini. Sementara para pendidik secara teoritis menolak pandangan ini, dalam praktek keadaan ini masih banyak yang menjalankan.
Pendapat kedua mengemukakan teori bahwa murid-murid harus dikelompokkan menurut kemampuannya atas dasar anggapan bahwa pengelompokan ini akan memperkecil perbedaan kemampuan dalam tiap kelompok sampai kepada taraf penyederhanaan atau mempermudah pelaksanaan individualisasi program pelajaran, yang anatara lain :
-          kelompok murid-murid yang lambat belajar atau “Slow learns” hanya diberi pelajaran tentang hal-hal penting yang sekurang-kurangnya harus dikuasai oleh semua atau “minimum essentials” atau disebut program umum.
-          Kelompok pelajar yang cerdas dan cepat belajar atau “Fast learns” selain dengan cepat menguasai minimum essentials diberi juga program yang lebih luas yang berfungsi memperkaya program umum atau “enriched program learning”. Hal ini dapat dilaksanakan dengan program-program dalam bentuk modul semi mengajar diri sendiri atau modula mengajar diri sendiri.
Pendapat ketiga ialah menciptakan jenis kurikulum berdasarkan pengalaman yang dipusatkan kepada masalah-masalah dan memberikan kesempatan kepada kelompok-kelompok tersebut dalam pendapat kedua untuk bekerja sama memecahkan masalah bersama yang menarik perhatian bersama. Hal ini menunjukkan tiap anggota kelompok untuk mampu bekerja menurut taraf perkembangan masing-masing dalam bidang akademis, sosial dan emosi dan masih menunjang usaha bersama kelompok. Jika pendapat pertama dan kedua sudah umum dipraktekan di sekolah-sekolah maka teori ketiga secara berangsur-angsur mulai diterima dan dikembangkan di sekolah-sekolah percobaan. Tampaknya teori ketiga ini lebih sejalan dengan pelaksanaan prinsip demokrasi dalam pengajaran, sebagai terjemahan salah satu sila dari Pancasila yang mendasari sistem pendidikan di negara kita, dengan keyakinan bahwa individualisasi dalam pengajaran harus memperhatikan, baik mutu maupun kecepatan belajar.
B.2.1.7          Manakah Yang Lebih Penting Proses Atau Isi?
Jawaban pertama terhadap persoalan ini merupakan implikasi dari teori Dewey yang berpendapat bahwa anak dan juga orang dewasa “belajar dengan berbuat” atau “learning by doing”. Para pendidik yang mengutamakan kegiatan dan pengalaman di dalam kurikulum berarti memperhatikan pentingnya apa yang dipelajari sepanjang macam-macam pengalaman dihayati anak memupuk perkembangan sosial, estetika, pikiran dan moral yang dianggap penting oleh mereka. Rupanya teori ini senada dengan pendapat psikologi daya masa lampau yang berpendapat bahwa daya-daya seperti kemauan, kecerdasan, ketahanan dan kerajinan dapat dikembangkan dengan jalan mempelajari mata-mata pelajaran tertentu selama mata-mata pelajaran tersebut cukup sukar dan tidak menyenangkan.
Isi yang dipelajari memang penting. Pendekatan terakhir terhadap isi yang dipelajari berbeda dengan pendekatan lama, yaitu dalam penekanannya. Pandangan terakhir mengemukakan pendirian bahwa isi yang dipelajari harus dikaitkan dengan kebutuhan-kebutuhan dan kepentingan-kepentingan nyata anak-anak menurut taraf kematangannya. Dalam situasi dewasa ini mata-mata pelajaran tertentu kadang-kadang dinomorduakan atau dianggap kurang penting dalam melaksanakan perencanaan bersama, prosedur demokratis, kegiatan-kegiatan penelitian sendiri, dan sebangsanya, dengan mengemukakan pendirian bahwa metode-metode itu pun merupakan isi pula dan hal-hal penting yang dipalajari bukan fakta-fakta melainkan pola-pola berbuat seperti hubungan insani yang demokratis partisipasi yang konsrtuktif, metode-metode penelitian bebas dan berfikir kritis.
Memang kita akui bahwa sarana belajar itu penting dan bahwa proses adalah isi dalam arti yang sebenarnya dan merupakan aspek terpenting dalam situasi belajar. Namun kita harus berpendirian hati-hati jangan sampai terjerumus ke salah satu pendapat yang ekstrim. Pendekatan yang sehat terhadap belajar berpendirian bahwa belajar merupakan interaksi antara pelajar dengan situasi yang mencakup masalah atau problema, bahwa yang dipergunakan untuk memecahkan masalah, dan pada anak ialah adanya orang dewasa (guru) untuk membantu dan membimbing. Dalam situasi ini pengetahuan tentang fakta-fakta ditempatkan dalam fokus baru ini. Isi pelajaran penting karena turut meningkatkan kualitas kehidupan murid-murid di masa kini dan sekaligus merupakan persiapan untuk kehidupan di masa yang akan datang.
Walaupun kelompok persoalan di atas dibahas secara singkat, namun pembahasannya mencakup faktor-faktor utama yang menentukan pola kurikulum dan tempat kedudukan kepala sekolah beserta staf dalam keadaan tersebut sampai batas-batas tertentu akan menentukan jenis kurikulum yang sedang dilaksanakan di sekolahnya dan selanjutnya dalam batas-batas tertentu pula akan menentukan pola keseluruhan organisasi dan administrasi pengajaran.

B.3.     Administrasi Prasarana Dan Sarana Pendidikan

Secara otimologis (arti kata) prasarana berarti alat tidak langsung untuk mencapai tujuan. Dalam pendidikan misalnya : lokasi/tempat, bangunan sekolah, lapangan olahraga, uang dan sebagainya. Sedangkan sarana seperti alat langsung untuk mencapai tujuan pendidikan. Misalnya : ruang, buku, perpustakaan, laboratorium dan sebagainya.
Sedangkan menurut keputusan Menteri P dan K No. 079/1975, sarana pendidikan terdiri dari 3 kelompok besar, yaitu :
a.       Bangunan dan perabot sekolah.
b.      Alat pelajaran yang terdiri : pembukuan dan alat-alat peraga dan laboratorium.
c.       Media pendidikan yang dapat dikelompokkan menjadi audiovisual yang mempergunakan alat penampil dan media yang tidak menggunakan alat penampil.
Siapakah yang bertanggung jawab tentang prasarana dan sarana pendidikan?
Jawab : adalah para pengelola / administrasi pendidikan. Secara micro (sempit) maka kepala sekolah yang bertanggung jawab masalah ini.

B.3.1.        Hubungan Antara Peralatan Dan Perlengkapan Pengajaran Dengan Program Pengajaran

Jenis peralatan dan perlengkapan yang disediakan di sekolah dan cara-cara pengadministrasian mempunyai pengaruh besar terhadap program mengajar-belajar. Persediaan yang kurang dan tidak memadai akan menghambat proses belajar dan mengajar. Demikian pula administrasinya yang jelek akan mengurangi kegunaan alat-alat dan perlengkapan itu keadaannya istimewa.
Titik berat dalam hal ini adalah kepada belajar yang dikaitkan dengan masalah-masalah dan kebutuhan serta kegunaan hasil belajar nanti di dalam kehidupannya. Karena penyediaan sarana pendidikan di suatu sekolah haruslah disesuaikan dengan kebutuhan anak didik serta kegunaan hasilnya di masa-masa mendatang.

B.3.2.        Tanggung Jawab Kepala Sekolah Dan Kaitannya Dengan Pengurusan Dan Prosedur

Salah satu tugas utama kepala sekolah dalam administrasian sarana pengajaran ialah bersama-sama dengan staf menyusun daftar kebutuhan mereka akan alat-alat sarana tersebut dan mempersiapkan perkiraan tahunan untuk diusahakan penyediaannya. Kemudian menyimpan dan memelihara serta mendistribusikan kepada guru-guru yang bersangkutan, dan menginventarisasi alat-alat / sarana tersebut pada akhir tahun pelajaran.
    1. Mempersiapkan perkiraan tahunan
Biasanya kepala sekolah membuat daftar alat-alat yang diperlukan di sekolahnya sesuai dengan kebutuhannya dengan daftar alat yang distandarisasi. Sedangkan untuk alat-alat yang belum distandarisasi, kepala sekolah sama-sama menyusun daftar kebutuhan sekolah  masing-masing.
    1. Menyimpan dan mendistribusikan
Ada beberapa prinsip administrasi penyimpanan peralatan dan perlengkapan pengajaran sekolah.
a.       Semua alat-alat dan perlengkapan harus disimpan di tempat-tempat yang bebas dari faktor-faktor perusak seperti : panas, lembab, lapuk dan serangga.
b.      Harus mudah dikerjakan baik untuk menyimpan maupun yang keluar alat.
c.       Mudah didapat bila sewaktu-waktu diperlukan.
d.      Semua penyimpanan harus diadministrasikan menurut ketentuan bahwa persediaan lama harus lebih dulu.
e.       Harus diadakan inventarisasi secara berkala.
f.       Tanggung jawab untuk pelaksanaan yang tepat dari tiap-tiap penyimpanan harus dirumuskan secara terperinci dan dipahami dengan jelas oleh semua pihak yang berkepentingan.
Pendistribusian peralatan dan perlengkapan pengajaran ini harus berada dalam tanggung jawab salah seorang anggota staf yang ditunjuk. Karena pelaksanaan tanggung jawab ini hanya bersifat ketatausahaan maka kurang tepat jika kepala sekolah atau guru sendiri yang langsung melaksanakannya. Yang paling tepat adalah pegawai tata usaha.
Kebijakan pendistribusian ini hendaklah ditekankan kepada prinsip efisien dan fleksibilitas, maksudnya bila diperlukan sewaktu-waktu segera dapat disediakan.

B.3.3.        Beberapa Pedoman Administrasi Perawatan

Walaupun pelaksanaan administrasi peralatan dan perlengkapan sudah merupakan pekerjaan rutin dan orang-orang dihadapkan kesukaran-kesukaran yang kurang berarti, namun untuk penyempurnaan pekerjaan tersebut para ahli menyarankan beberapa pedoman pelaksanaan administrasinya.
Di antaranya adalah sebagai berikut :
a.   Hendaknya kepala sekolah tidak terlalu menyibukkan dirinya secara langsung dengan urusan pelaksanaan administrasi peralatan dan perlengkapan pengajaran.
b.   Melakukan sistem pencatatan yang tepat sehingga mudah dikerjakan.
c.   Administrasi peralatan dan perlengkapan pengajaran harus senantiasa ditinjau dari segi pelayanan untuk turut memperlancar pelaksanaan program pengajaran.
d.  Kondisi-kondisi di atas akan terpenuhi jika administrator mengikutsertakan semua guru dalam perencanaan seleksi, distribusi dan penggunaan serta pengawasan peralatan dan perlengkapan pengajaran yang semuanya mendorong mereka untuk memikirkan proses paling tepat dalam melayani kebutuhan-kebutuhan mereka.

B.3.4.        Administrasi Gedung dan Peralatan Sekolah

Mungkin banyak para kepala sekolah yang tidak mempunyai kesempatan untuk ikut serta dalam perencanaan bangunan sekolah. Sedangkan sebagian administrator yang bertanggung jawab akan sekolahnya, kepala sekolah mempunyai peranan tersendiri dalam panitia perencanaan bangunan sekolah dan perlengkapannya.
Dalam rangka menghadapi tugas ini disarankan menempuh langkah-langkah sebagai berikut :
a.       Masalah dasar-dasar pengajaran dan penentuan jenis program pengajaran dan perencanaan fasilitas bangunannya.
b.      Membentuk panitia untuk mempelajari kebutuhan-kebutuhan khusus yang bertalian dengan bangunan dan perlengkapannya yang diusulkan.
c.       Mengatur kunjungan sekolah-sekolah yang dipergunakan sebagai model atau contoh.
d.      Mempelajari gambar-gambar contoh bangunan sekolah dan perlengkapannya baik yang diproyeksikan maupun gambar biasa.
Langkah-langkah di atas bukan satu-satunya cara yang dapat ditempuh kepala sekolah dalam merencanakan bangunan sekolah baru beserta perlengkapannya. Masih ada cara-cara lain yang bisa ditempuh untuk memperoleh informasi mengenai hal-hal penting yang bertalian dengan perencanaan bangunan sekolah. Misalnya melalui lokakarya, konferensi dan mengikuti penataran khusus mengenai masalah bangunan sekolah dan perlengkapannya.
Kepala sekolah yang memiliki pengetahuan yang memadai tentang hal tersebut akan sangat berguna dalam partisipasinya. Ada beberapa aspek yang bertalian dengan perencanaan dan pemeliharaan bangunan sekolah dan perlengkapannya :
a.      Perluasan bangunan yang sudah ada
Pada bangunan sekolah yang sudah ada sering kali diperlukan tambahan-tambahan bangunan dan perlengkapannya. Dalam masa kerjanya kepala sekolah tentu pernah menghadapi masalah seperti di atas, apabila tuntutan-tuntutan yang berasal dari perkembangan pendidikan semakin cepat mendesak baik yang bertalian dengan kualitas maupun kuantitas, keadaan pekerjaan akan menentukan lamanya waktu dan besarnya tenaga yang dibutuhkan untuk mempelajari kebutuhan-kebutuhan dan mengidentifikasikannya dengan tepat.
Sudah tentu guru-guru dan pada orang tua murid diikutsertakan dalam melakukan perencanaan mengenai penambahan-penambahan dan perombakan-perombakan bangunan yang sudah ada atau merencanakan bangunan baru, dan saran-saran yang mereka kemukakan ditampung dan dipertimbangkan. Segala bahan penting yang diperlukan harus dikumpulkan supaya dapat menyampaikan rekomendasi yang tepat dan masuk akal, baik kepada pemerintah maupun kepada masyarakat. Langkah-langkah yang disarankan terdahulu dapat juga ditempuh jika penambahan bangunan itu lebih besar.
b.      Rehabilitasi
Dengan melakukan survey terhadap bangunan dan perlengkapan yang sudah ada dan mencatat serta terperinci perbaikan-perbaikan yang diperlukan, kepala sekolah dengan stafnya dapat mengusulkan perbaikan-perbaikan untuk kepentingan efektivitas pelaksanaan program sekolah.
Perbaikan-perbaikan ini di antaranya mencakup mengecat dan melabur, mengganti bahan-bahan atau bagian-bagian yang sudah usang atau lapuk, menyempurnakan akustik ruangan belajar, menambah tempat ruang buang air, memperbaiki fasilitas mencuci tangan dan kaki dan pekerjaan-pekerjaan perbaikan yang bertalian dengan pelaksanaan inovasi pendidikan. Rencana rehabilitasi hendaknya dibuat sehemat mungkin.
c.       Meningkatkan mutu keindahan ruang belajar
Ada kecenderungan untuk mengecat ruang belajar dengan warna menurut kesukaan dan pilihan individu guru. Guru, walalupun tiap orang mempunyai kesukaran, dan pilihan warna masing-masing, namun ada beberapa prinsip yang telah lama diakui dan dianjurkan para ahli seni dan dekorasi umpanya reaksi-reaksi psikologis terhadap warna-warna tertentu harus diperhatikan dalam mengecat ruang belajar, seperti warna merah dan orang adalah warna yang hangat dan memberikan tenaga, sedangkan warna hijau memberikan pengaruh mendinginkan dan sejuk.
Macam-macam warna yang memantulkan cahaya harus diperhatikan dalam mengecat ruang belajar dan gang-gang. Dinding atas ruangan belajar harus dicat putih karena 80% faktor pemantulan diperlukan untuk memberikan cahaya yang memadai kepada murid. Demikian pula dinding-dinding samping ruangan harus dicat warna cerah dan pusat. Warna perabot harus cokelat muda dan tidak mengkilap.
d.      Memilih perabot dan perlengkapan
Kepala sekolah hendaknya serba bisa, karena bukan saja harus memiliki pengetahuan yang memadai mengenai bangunan sekolah, melainkan juga banyak pengetahuannya tentang perabot dan perlengkapan. Salah satu faktor penting yang dijadikan bahan perimbangan dalam memilih perabot perlengkapan ruangan kelas yang harus disediakan ialah dasar pengajaran. Administrator yang progresif akan mengutamakan fleksibilitas dalam fungsi dan letak perabot di ruang belajar.
Faktor-faktor psikologis harus diperhatikan dalam pembuatan perabot ruang belajar, jangan sampai ada perabot yang dapat menghambat proses belajar pada murid-murid. Ingatlah bahwa yang belajar adalah murid sebagai kesatuan pribadi dan bukan kecerdasannya saja yang berkembang.
e.       Tanggung jawab keberesan sekolah
Kepala sekolah dan guru hendaknya selalu menyadari bahwa murid-murid banyak belajar dari lingkungan sekolah.
Keadaan kelas yang berantakan dan tidak teratur, kotor, cahaya dan ventilasi yang kurang memadai, akan memberikan pengaruh jelek kepada murid-murid ditinjau dari segi pendidikan dan perkembangannya.
Di samping itu keadaan seperti di atas ditinjau dari segi pendidikan kesehatan akan menimbulkan pengaruh yang merugikan, kesehatan jasmani dan rohani. Di samping itu proses belajar dan mengajar akan terhambat, yang berarti menghambat pula kelancaran pelaksanaan program pengajaran di sekolah. Karena itu hendaknya kepala sekolah menyadari tanggung jawab untuk senantiasa mengawasi ruangan belajar dan bagian-bagian sekolah lainnya agar selalu beres, bersih dan teratur.
f.        Memperhatikan kondisi sanitasi
Ditinjau dari kebutuhan akan kesehatan pada murid-murid dan seluruh anggota staf di sekolah, masalah sanitasi harus mendapat perhatian pertama. Salah satu kegiatan utama program kesehatan sekolah ialah menciptakan lingkungan kehidupan sekolah yang sehat.
Ruang belajar, ruang olahraga, laboratorium, ruang kesenian, ruang keterampilan dan sebagainya. Kesemuanya harus diatur sedemikian rupa sehingga kondisinya memberikan pengaruh yang optimal dalam proses belajar dan terhadap perkembangan kesehatan murid-murid, baik kesehatan fisik maupun kesehatan mentalnya. Dalam usaha kesehatan sekolah atau UKS hal ini dibicarakan secara terperinci. Memang kesehatan menjadi salah satu tujuan ini di sekolah, di antaranya menyediaka fasilitas-fasilitas untuk mempraktekan kebiasaan hidup sehat, salah satu fasilitas penting ialah penyediaan air untuk mencuci tangan dan kaki dan anggota badan lainnya. Hendaknya disediakan sabun dan lap atau handuk kecil.
g.      Pemeriksaan itu perlu
Tanggung jawab kepala sekolah untuk melakukan pemeriksaan dan koreksi terhadap kondisi-konsisi ruangan sekolah dan perlengkapannya termasuk halaman dan tempat-tempat bermain murid, harus dilaksanakan terus-menerus dan teratur. Dalam melaksanakan tugas tersebut, ia mengadakan pertemuan-pertemuan dengan penjaga kebersihan sekolah mengenai masalah-masalah dan kekurangan-kekurangan yang harus diatasi.
Pemeriksaan harus dilakukan sedemikian rupa sehingga hal-hal yang sekecil-kecilnya pun tidak sedemikian rupa sehingga hal tersebut tidak lepas dari tanggung jawab.
Hendaknya jadwal kerja harian yang terperinci dari penjaga kebersihan sekolah disesuaikan dengan jadwal kegiatan. Kegiatan murid dalam pemeliharaan kebersihan dan keberesan sekolah. Lingkungan fisik sekolah harus senantiasa dijaga dipelihara kesehatan dan kebersihannya. Pengaruh yang berangsur-angsur namun pasti dari lingkungan sekolah terhadap kebiasaan hidup sehari-hari dan sikap menghargai pada murid-murid akan tampak dari tahun ke tahun.
Inilah satu tujuan yang harus dipakai dalam pendidikan di sekolah yaitu memperbaiki kebiasaan-kebiasaan hidup murid-murid dengan jalan mengatur dan menciptakan kondisi lingkungan yang dapat memperlancar perkembangan kebiasaan yang baik pada murid-murid.
h.      Penyimpanan alat-alat yang tepat
Dari segi pendidikan soal penyimpanan alat-alat kurang mendapat perhatian, baik dalam literatur tentang konstruksi bangunan sekolah maupun dalam rencana struktur bangunannya. Alat-alat yang langsung dipergunakan dalam pelajaran memerlukan fasilitas penyimpanan yang memadai dan praktis sehingga sewaktu-waktu diperlukan dapat segera disediakan serta keamanannya cukup terpelihara. Alangkah baiknya jika tempat penyimpanan alat-alat ini direncanakan sebelum bangunan didirikan sehingga faktor estetikanya pun mendapat perhatian juga.
i.        Mengatur dan memelihara ruang belajar
Sebagian besar waktu kehidupan murid-murid dan guru selama bersekolah, dipergunakan di ruang belajar. Dari kenyataan ini timbul tuntutan supaya kepala sekolah memberikan perhatian cukup terhadap kondisi ruang belajar. Memang guru-guru sering kali memberikan pengawasan langsung terhadap pengaturan, dan pemeliharaan ruang belajar, namun mereka memerlukan bantuan dan dukungan dari kepala sekolah dan penjaga kebersihan sekolah agar ruang belajar senantiasa siap untuk dipergunakan dan memperlancar proses belajar. Di samping hal-hal lainnya, hal yang sangat penting untuk diperhatikan ialah ruang belajar harus cukup mendapat cahaya, kebanyakan guru-guru kurang  menyadari pentingnya cahaya yang memadai bagi murid-murid jika sedang ada dalam ruang belajar.
Kepala sekolah hendaknya melakukan observasi yang teratur dan kontinu terhadap kondisi cahaya di ruang belajar ini, dan segera mengadakan perbaikan bilamana terdapat kekurangan-kekurangan. Di samping itu ruang belajar harus selalu diperbarui catnya, dianjurkan tiap-tiap tiga sampai lima tahun sekali. Seperti telah disinggung di muka bahwa warna-warna yang dipergunakan di ruang belajar adalah warna-warna yang memberikan pengaruh psikologis positif dalam proses mengajar dan belajar kepada guru-guru dan murid-murid. Gunakanlah warna-warna yang membangkitkan semangat belajar dan bekerja, namun berpengaruh menenangkan dan memupuk perasaan estetika.
j.        Pemeliharaan halaman dan tempat bermain
Kegiatan rekreasi di sekolah dewasa ini mempunyai peranan penting dalam program pengajaran. Menyediakan tempat dan fasilitas saja untuk keperluan itu, belum memadai. Tempat bermain harus dipelihara, diratakan serta disesuaikan dengan berbagai permainan dan kegiatan yang dilakukan oleh murid-murid. Tempat bermain harus selalu dijaga dan dipelihara supaya bebas dari kondisi dan hal-hal atau benda-benda yang mungkin menimbulkan bahaya kecelakaan atau memberikan pengaruh buruk terhadap perkembangan kesehatan murid-murid dan penghuni sekolah lainnya. Untuk menjaga dan memelihara agar supaya tempat bermain menarik, aman dan bebas dari hal-hal yang mungkin menimbulkan kecelakaan, kepala sekolah harus bekerja sama dengan guru-guru, murid, penjaga kebersihan sekolah dan penjaga keamanan sekolah.
C.      Kesimpulan
1.      Di dalam administrasi personel sekolah manusia merupakan unsur penting, karena kelancaran jalannya pelaksanaan program sekolah sangat ditentukan oleh manusia-manusia yang menjalankannya yaitu manusia yang mempunyai kesetiaan, kesehatan badan, kecerdasan, kemampuan, ketangkasan dan berpartisipasi penuh terhadap program sekolah.
2.      Kurikulum merupakan rencana pembelajaran yang akan diberikan kepada siswa, yang terdiri dari berbagai mata pelajaran yang urutannya harus disusun secara logis dan terperinci sesuai dengan masalah kehidupan anak sehari-hari. Kurikulum ini merupakan hasil rencana yang disusun oleh para ahli atau “Expert” dalam bidang perencanaan kurikulum.
3.      Prasarana dan sarana pendidikan merupakan jembtan yang sangat penting untuk mentransfer ilmu dari pendidik ke siswa. Peralatan dan perlengkapan pengajaran harus mendukung program pengajaran. Kepala sekolah melalui bawahannya bertanggung jawab penuh untuk mengurus administrasi prasarana dan sarana untuk memastikan kelancaran kegiatan sekolah, seperti keamanan dan perawatan sekolah.
4.      Administrasi gedung dan perlengkapan sekolah harus benar-benar diperhatikan dimulai dari pembangunan awal sampai perawatan, baik perulasan yang sudah ada, rehabilitasi, keindahan ruang belajar, pemilihan perabot dan perlengkapan, sanitasi dan pemeriksaan rutin, untuk menjaga kelancaran kegiatan program sekolah dan tidak terganggu ketika kegiatan berlangsung.
ADMINISTRASI PENDIDIKAN
Guna memenuhi tugas mata kuliah Administrasi Pendidikan
 Dosen :  ...
Disusun oleh :
Kelompok VIII

-         ...
-         ...
-         ...
-         ...
-         ...

Fakultas Tarbiyah / PAI
Sekolah Tinggai Agama Islam (STAI)
Al-Ihya – Kuningan
2008

3 komentar:

  1. Makasih banget ni artikelnya...
    cukup membantu sy buat bahan tesis
    btw... aq mo berbagi video motivasi dengan judul "kisah sebatang pinsil" di www.infopahe.blogspot.com
    moga bermanfaat

    BalasHapus
  2. Terima kasih sudah berbagi, sangat membantu sekali.
    Informasi terkait kepala sekolah, guru dan wali kelas saya mendapatkannya lengkap disini http://gurukepsek.wordpress.com/.
    Thanks

    BalasHapus
  3. Daftar pustaka nya kok ndak ada🙏 mungkin lebih jelas di kasih daftr pustaka nya🙏

    BalasHapus